Rabu, 12 Maret 2014

SETENGAH JAM DIKUBUR, JENAZAH BERUBAH MENJADI GOSONG (HANGUS)


Bismillahirrohmanirrohiim

Pagi itu suasana cerah, sebuah truk yang sarat dengan barang pindahan masuk pekarangan sebuah rumah yang baru selesai di bangun. Melihat ada warga pindahan yang akan menjadi penduduk baru.

Masyarakat bergegas membantunya, mereka sibuk mengangkut barang barang masuk ke dalam rumah. Setelah selesai. Pemilik rumah langsung berkenaln dan akrab dengan masyarakat.

"Nama saya Karta,saya pindahan dari kampung sawah, ini istri saya,Nita" ujar Karta.au seorang ibu keluar dari rumah tersebut dengan menggengam sapu di tangan.

"Kalau ibu yang tua itu siapa?" Tanya salah satu tetangga yang baru saja di salami Karta.

"Ohh.....itu ibu saya, nama beliau Fatimah, suaminya sudah meninggal dunia, saya anak pertama,sehingga saya bertanggung jawab atas keluarga, terutama ibu, jadi saya ajak ibu untuk tinggal bersama kami".cerita karta.

Keluarga Karta tampak harmonis, masyarakatpun akrab dengan keluarga karta. Banyak tetangga yang memuji keluarga itu, karena jarang terdengar percekcokan.

Akan tetapi,siapa sangka, apa yang tampak di mata warga sekitar situ teryata berbeda dengan kenyataan. Memang pada awalnya di keluarga itu tidak ada terjadi perseteruan. Namun di kemudian harinya ada saja masalah, hal hal yang remehpun bisa menjadi sumber masalah, terutama antara Ibu Fatimah dan istri Karta selalu saja terjadi perselisihan. Ibu Fatimah sering menerima cacian, hinaan fitnahan dari istri Karta. Akan tetapi ibu Fatimah selalu sabar menerimanya, dia tidak pernah membalas perlakuan sang menantu.

Harapan yang di idam idamkan untuk menghabiskan masa tuanya dengan anak, menantu dan cucu dalam keseharian yang di warnai bunga bunga kebahagiaan teryata pupus sudah. Tetapi demi kasihnya untuk anak tercinta, dia rela menerima berbagai perlakuan yang tidak sewajarnya dari sang menantu.

"Eh tua bangka,jangan enak enakan di sini ya .... memangnya ngak ada yang di kerjain, kerjanya cuma ngobrol saja!" bentak menantunya.

Padahal sang ibu sudah bekerja seharian penuh, namun ada saja yang salah pada dirinya. Cacian, hinaan, fitnahan selalu saja di tuduhkan ke dirinya. Bahkan darah dagingnya sendiri yang ia lahirkan, dirawat sejak kecil ikut membencinya.

"Mas, saya tidak suka dengan ibu, masa seharian kerjanya cuma duduk duduk saja, saya kan capek sudah harus merawat anak kita si Dini, merapikan rumah,eh .... ada yang lain bukannya ikut membantu " kata Nita kepada suaminya.

"Sudahlah kamu tenang saja,nanti saya yang bicara kepada ibu, lama lama hilang juga kesabaran saya kepadanya," ucap Karta.

Hasutan demi hasutan terus di tuduhkan kepada ibunya. Tak tahan mendengar pengaduan istrinya. Karta yang tadinya tidak ambil pusing akhirnya menegur ibunya. Hingga suatu malam terjadi pertengkaran yang hebat.

"Mas,saya sudah tak sanggup tinggal di rumah ini, seperti di neraka saja, saya atau dia yang keluar dari rumah ini. Kalau Mas tidak mengeluarin tua bangka itu dari rumah malam ini juga, saya yang akan keluar! " tantang Nita.

Karena termakan dengan fitnah istrinya, akhirnya Karta tega mengusir ibunya sendiri.

"Bu, saya sudah tidak sanggup dengan sikap ibu, ada saja pertengkaran yang muncul. Daripada rumah tangga saya hancur karena keberadaan ibu di rumah ini, lebih baik ibu keluar dari rumah ini malam ini juga, Ibu bisa tinggal dirumah Tini atau Tuti." usir Karta.

"Saya Tidak mau tahu, bagaimanapun caranya ibu harus meninggalkan rumah malam ini juga," bentak Karta tanpa risih lagi.

"Nak ibu akan keluar dari sini, akan tetapi malam sudah larut, bagaimana mungkin ibu pergi. Ijinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, esok pagi ibu akan meninggalkan rumah ini", pinta ibu Fatimah.

Lagi lagi istri Karta menyela,"Mas,saya atau dia yang keluar meninggalkan rumah ini!"

Karena Karta takut kehilangan istrinya yang di cintainya, dia lebih rela ibunya yang harus keluar dari rumahnya. Padahal di rumah itu ibunya pun memiliki saham buat mengadakan rumah tersebut.

"Keluar!, saya tidak mau tahu ! ", bentak Karta dengan bengis. Bahkan dengan sombongnya Karta pun mendorong ibunya keluar rumah.

Nita ,istri Karta sendiri dengan angkuhnya, seakan akan menunjukkan dirinya bahwa dialah pemenangnya.

Hanya berbekal beberapa potong pakaian,tanpa di beri uang satu rupiah pun, ibu Fatimah Meninggalkan rumah itu.

"SAYA TIDAK AKAN RIDHO DUNIA AKHERAT AKAN PERLAKUANNYA KEPADAKU, KUHARAMKAN AIR SUSU YANG TELAH DIMINUMNYA, SEMOGA DIA DI BAKAR DI DUNIA DAN DI AKHERAT", kutuk ibu Fatimah, dengan air mata yang terus mengalir di pipinya yang sudah mulai mengeriput.

Wanita tua itu terus menyelusuri jalan raya seorang diri. Karena tidak membawa uang sepeserpun. Bu Fatimah terpaksa berjalan kaki menuju rumah anaknya yang lain.

Sejak kepergian ibunya, kehidupan rumah tangga karta bukannya bertambah harmonis. Bahkan belakangan Karta jatuh sakit. Sembilan bulan lamanya Karta Melawan sakit. Berawal hanya gatal gatal biasa, kemudian lama kelamaan tampak memerah di sekitar perutnya.

Beberapa dokter dan paranormal telah ia datangi, namun pengobatannya yang ia jalani sia sia saja, tak ada hasilnya, bahkan harta yang ia miliki mulai habis untuk mengobati penyakit itu.

Badan mulai mengurus, jalan pun sudah mulai tak sanggup, akhirnya ia berbaring lemah sepnjang waktu di ranjangnya, dari perutnya keluar cairan yang sangat bau.

Teman teman dan para tetangganya pun mulai menjauh takut tertular dengan penyakit karta. Badanya tak bisa di gerak gerakkan kekanan atau kekiri karena akan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat bila bergerak. Belakang tubuhnya mulai lecet lecet di sebabkan lama berbaring kaku di ranjang.

Karta menyadari bahwa sakit yang dideritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang telah mendurhakai ibunya sendiri. Makanya ia pun meminta agar sang ibu datang kerumahnya agar ia bisa minta maaf kepada sang ibu.

"Tolong panggilkan ibu saya,saya ingin bertemu denganya, saya telah berdosa kepadanya," ratap Karta.

Maka diutuslah seorang tetangganya untuk meminta ibunya datang. Namun sang ibu tidak bergeming. Hatinya terlalu sakit menerima perlakuan anaknya yang kurang ajar dan tidak tahu balas budi itu.

"Luka hatiku jauh lebih sakit dari apa yang ia derita," ujar ibu Fatimah menolak orang yang merayunya untuk datang menemui anaknya. Orang itupun dengan langkah gontai pergi meninggalkan rumah Tini.

Sementara itu Karta di ranjangnya, Karta terus merasakan sakit yang amat sangat. Tubuh Karta meronta ronta kesakitan, matanya melotot, seakan ada mahkluk yang sangat menyeramkan di hadapanya.

"Mas, mas ... kenapa mas?... istigfar mas,mas ..... astaughfirullohhal adziim..," ujar Nita sambil memegang tubuh Karta yang kian lama hentakanya semakin keras.

Nita sadar, suaminya sedang menghadapi sakarotul maut, ia pun menuntun suaminya dengan membaca kalimat Tahlil.

"Laa ilaaha illallah,...."berkali kali, dengan deraian airmata Nita terus menuntun suaminya agar mengikuti ucapannya..

Sampai datang waktu subuh, Karta masih saja merasakan sakarotul maut. Nita pergi meninggalkan suaminya untuk menunaikan sholat subuh. Dengan air mata berlinang ia sujud memohon kepada Allah SWT, agar suaminya cepat di ambil nyawanya daripada harus tersiksa seperti itu.

Pada pukul setengah enam, dengan mata yang sembab, Nita kembali masuk ke kamar suaminya. Dipegangnya tubuh Karta, dingin sudah merayapi sekujur tubuhnya. Nafasnya tercekat di Leher, terdengar orokan panjang dari mulutnya.

Tepat jam enam pagi, Karta menghembuskan Nafas Terakhirnya, dengan mata melotot, seolah olah melihat ke atas dan jari tangan yang membengkok kaku serta mulut yang menggangga lebar.

Orang orang sibuk menyiapkan prosesi kematian Karta. Masyarakat sekitar datang berduyun duyun untuk bertakziah ....

Baru melangkahkan kaki di pintu masuk, tercium bau yang tak sedap, padahal ruangan sudah di semprot wewangian, di setiap pojokan di letakkan kamper demi mengurangi bau tak sedap itu. Akan tetapi bau itu tetap saja ada. Pelayat yang datang serta merta menutup hidung agar tak tercium bau tak sedap itu.

Orang orang yang memandikan jenazah pun terpaksa harus menggunakan masker agar tidak tercium bau tak sedap. Anehnya air kotor dan bau yang keluar dari perut Karta tidak mau mengering. padahal perut itu sudah di tempelin berlapis lapis kapas.

Akhirnya orang orang yang mengurus jenazah langsung mengafani.

setelah selesai di sholatkan, jenazahpun di bawa ke tanah pemakaman dengan menggunakan mobil ambulance. Sesampai di pemakaman, liang lahat pun telah di persiapkan. Setelah prosesi pemakaman selesai, tak beberapa lama, rombongan siap kembali ke mobil. Tiba tiba datanglah beberapa laki laki yang tergesa gesa.

"Saya tak mengijinkan mayat ini di kubur di tanah ini, karena kami membayar tanah di sekitar ini. Tanah ini sudah menjadi kavling pemakaman keluarga kami. Saya mohon angkat jenazah itu sekarang juga", ujar orang itu.

"Tolonglah pak, mayat ini sudah di kubur, tidak mungkin kami gali lagi," jawab pak ustadz Abdulah.

"Kami tidak mau tahu!. Tanah ini sudah menjadi milik keluarga kami. kami minta di gali sekarang juga!" ucap orang itu lagi dengan agak marah.

Karena orang yang mengaku memiliki tanah kavling itu ngak mau mengalah, akhirnya pihak keluarga karta terpaksa mengalah juga. Maka makam yang baru sekitar setengah jam di timbun itu pun di gali kembali untuk di pindahkan ketempat yang lain.

Ketika papan penutup liang lahat di bongkar, maka jenazah karta pun tampak dari luar. Semua orang tercengang melihat jenazah itu. Betapa tidak, kain kafan putih yang membalutnya berubah menjadi abu abu, seandainya kalau perubahan warna itu disebabkan oleh tanah makam yang berlumpur tentu warnanya coklat kemerahan ,bukan abu abu.

Hal ini tentu membuat tanda tanya besar di hati para pengantar jenazah. Ketika mayat itu hendak di angkat, orang orang yang mengangkatnya keheranan. Karena ukuran jenazah itu menjadi lebih pendek dari semula. Akibatnya bagian ujung kain kafan itu jadi tampak lebih panjang dari yang seharusnya.

"Pak ustadz,kain kafannya di buka dulu saja, sepertinya kok ada yang tidak beres?" kata beberapa orang.

Maka kain kafan itu pun dibuka.

Begitu kain kafan di terbuka, maka terkejutlah semua orang yang hadir. Betapa tidak, mayat Karta yang baru dikubur sekitar setengah jam, telah berubah menjadi hitam dan gosong seperti hangus terbakar.

Kakinya tertekuk ke dada. Begitu juga tangannya juga tertekuk. Mayat itu bentuknya tidak lagi lurus melainkan berubah seperti monyet. Pantas saja kalau mayatnya seperti lebih pendek.

Melihat kondisi jenazah yang mengerikan seperti itu, maka mereka segera membungkus kembali dengan kain kafan yang tadi, sementara beberapa orang mulai menggali lubang kubur baru yang letaknya di pinggir areal pemakaman dekat pagar batas.

Setelah penguburan selesai, satu persatu orang orang mulai meniggalkan makam itu. Kini Karta seorang diri di lubang kuburnya.Istri yang sangat di cintainya, yang di bela habis habisan pun tidak dapat menemaninya. (Sumber : di sadur Dari Majalah Hidayah)

Semoga ALLAH mewafatkan kita dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin.

Jumat, 07 Maret 2014

Cinta Itu Satu Perkenalan



Kalam Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al Jufri

Assalamu`alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat salam semoga selalu terlimpahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga dan Shahabatnya.
Ibnu Abbas RA menjelaskan tentang firman Allah SWT:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menjadikan Jin dan Manusia melainkan untuk menyembah-Ku”.(Q.S. Adh Dhariyat: 56) Yaitu mengenali Alah SWT.

Ibrahim bin Adham RA telah berkata: “Kasih sayang itu merupakan hasil dari sebuah perkenalan, barang siapa yang mengenal Allah SWT maka dia akan mencintai-Nya dan barang siapa mencintai Allah SWT maka dia akan mencintai Baginda Rasulullah SAW, barang siapa yang kenal Baginda Rasulullah SAW, pasti dia akan mencintainya”.
Kita pernah mendengar sebuah ungkapan menarik yang mengatakan bahwa; Tidak wajar hubungan kita dengan Baginda Rasulullah SAW jika hanya sekedar melakukan suatu amalan dan hanya cukup seperti itu, sepatutnya hubungan tersebut akan membuahkan cinta kepada Habibana Muhammad SAW dan cinta itu terus hidup mekar didalam hati kita dan beliau SAW pasti akan hidup didalam hati kita.

Baginda Rasulullah SAW adalah seorang Nabi yang datang kepada kita sebagai seorang manusia, namun Nabi SAW bukanlah seperti insan biasa. Baginda Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara memandang kepada sebuah kehidupan dengan pandangan yang mempunyai makna, bukan pandangan yang sebaliknya. Perbedaan diantara kedua pandangan yang tidak mempunyai makna ialah, seseorang yang melihat dirinya dan semata-mata tertumpu untuk memenuhi kepuasan nafsu dirinya. Pandangan yang mempunyai makna ialah, melihat kepada kehidupan mengikuti pandangan yang telah dibawa Baginda Rasulullah SAW, dimana ia bertujuan untuk mengembalikan kekhalifahan diatas muka bumi ini kepada manusia yang termaktub didalam Al Quran: “sesungguhnya Aku telah jadikan diatas muka bumi ini khalifah”. Pandangan tersebut itu merangkumi kepada hewan, benda-benda tidak bernyawa dan tumbuh-tumbuhan, karena pandangan itu bukan hanya melibatkan pandangan kepada manusia saja tetapi merangkumi semua.
Baginda Rasulullah SAW memandang kepada gunung yang terdiri dari batu dan tanah, dengan suatu pandangan yang membangkitkan perasaan cinta. Sabda beliau SAW: “Uhud adalah bukit yang mencintai kita dan kita juga mencintainya”.

Pandangan yang ditunjukkan Baginda SAW kepada yang tidak bernyawa itu menyebabkan ia begerak dan cenderung kepada Baginda Rasulullah SAW. Dalam suatu peristiwa, bukit Uhud bergetar ketika Baginda Rasulullah SAW mendaki bukit tersebut, kemudian Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Tetaplah kamu wahai Uhud, sesungguhnya yang diatas kamu ini ialah seorang Nabi”. Maka bukit Uhudpun berhenti bergetar dan disaksikan oleh shahaabat Abu Bakar As Shidiq dan dua orang lainnya. Pandangan yang ditunjukkan Baginda Nabi Muhammad SAW kepada benda-benda yang tidak bernyawa itu, menyebabkan ia datang kepada Baginda Nabi SAW dan menerimanya.

Sepertu sebuah kisah pelepah kurma yang tidak bernyawa, dimana Baginda Nabi SAW sering memegang pelepah kurma tesebut ketika sedang khutbah Jumat di Masjidnya, hari demi hari bilangan manusia semakin bertambah maka Baginda Nabi SAW menggunakan Mimbar. Suatu ketika Baginda Nabi SAW pun datang ke Masjid untuk khutbah, ketika itu Baginda Nabi SAW telah melepasi pelepah kurma yang dibawanya tersebut, dimana jarak Baginda Nabi SAW dengan pelepah kurma tersebut kurang lebih sekitar 8 langkah. Baginda Nabi SAW melangkah menaiki mimbar dan memulai khutbahnya, semasa khutbah Baginda Nabi SAW, para shahabat mendengar suara tangisan yang teramat sedih dan menyayat hati. Semakin lama suara tangisan itu semakin nyaring terdengar, para shahabat mulai berpaling kekiri dan kekanan mencari-cari dari mana arah datang suara tangisan tersebut, akhirnya mereka dapati suara tangisan itu datang dari pelepah kurma. Apabila benda yang tidak bernyawa ini telah dapati Baginda Nabi SAW berkomunikasi dengannya dan mengandung makna kehidupan yang dibawa Baginda Nabi SAW, maka beliau SAW telah menggerakkan makna kehidupan pada pelepah kurma itu.

Oleh karena itu ia amat menyukai untuk menggambarkan rasa cintanya kepada Baginda Rasulullah SAW. (Hadits ini bertahap mutawatir mengikuti ke Shahihannya)
Para Shahabat berkata: Apabila pelepah kurma itu mulai merengek seperti kehilangan anak, ia menyebabkan kami hampir tidak bisa mendengar suara Baginda Nabi SAW. Kemudian Baginda Nabi SAW turun dari mimbar dan sekali lagi Baginda Nabi SAW telah mengajar kami suatu pengajaran bahwa; Baginda Nabi SAW datang dengan mempunyai pengetahuan tentang rahasia sebuah kehidupan untuk membujuk pelepah kurma itu, kemudian beliau SAW meletakkan tangannya diatas pelepah kurma itu lalu membujuknya seperti seorang ibu yang membujuk anaknya sedang menangis sehingga pelepah kurma itupun terus diam. Lalu Baginda Nabi SAW memberi pilihan kepadanya, kekal hidup sehingga hari kiamat dan kembali kepada Nabi SAW seperti sedia kala atau berada bersama Baginda Nabi SAW didalam Surga. Pelepah kurma itupun memilih untuk bersama Baginda Nabi SAW di Surga.

Baginda Nabi SAW apabila datang kepada hewan, telah mengajar kita bagaimana cara untuk bermuamalah dengan hewan dengan mempunyai nilai ubudiyah kepada Allah SWT. Ketika Baginda Nabi SAW berangkat kemedan jihad di Perang Badar, berulangkali Baginda Nabi SAW turun dari hewan tunggangannya tersebut supaya dapat beristirahat, demikianlah Baginda Nabi SAW terus menerus lakukan pada tunggangannya.

Baginda Nabi SAW telah mengajar kita cara bermuamalah kepada yang telah berkhidmat untuk kita walau ia hanya seekor hewan. Muamalah ini mestilah mempunyai nilai rasa menghargai, bahwa yang dihadapanku ini mempunyai hak sewajarnya untuk dipelihara.
Hasil dari sebuah kecintaan ini juga dapat dilihat, apabila seekor hewan berada dipuncak kemarahan sekalipun, ia mau merasai hubungan dengan orang yang dapat berkomunikasi dengannya dimana orang itu memahami rahasia sebuah kehidupan. Terdapat sebuah kisah tentang seekor unta dan orang Arab tahu apabila unta tersebut membahayakan bahkan bisa membunuh orang, mereka pasti akan mengikatnya. Baginda Nabi SAW melalui kawasan tersebut dan bertanya: “Apa yang berlaku kepada kamu?”, mereka menjawab; “Unta ini bahaya”, Baginda Nabi SAW bersabda; “Bukalah ikatan unta itu”, mereka menjawab, “kami takut ada hal-hal yang tidak baik menimpamu, disebabkan unta ini ya Rasulullah?”, Baginda Nabi SAW bersabda; “Bukakanlah ikatan itu”. Merekapun membuka ikatan tersebut.

Kemudian Baginda Nabi SAW mendekati unta itu, lantas iapun diam sebagaimana diriwayatkan oleh hadits shahih, unta itu datang kepada Baginda Nabi SAW dalam keadaan tunduk. Seorang perawi telah meriwayatkan: “Unta itu mendekati kaki Baginda Nabi SAW dan menciuminya, kemudian ia mengangkat kepalanya, Nabi SAW mendekati dan berbicara dengannya. Lantas unta itu angkat kepalanya dan mendekati Nabi SAW sekali lagi, ia membisikkan sesuatu ketelinga Nabi SAW, seterusnya Baginda Nabi SAW kembali berkata-kata kepadanya dan ia pun melakukan perkara yang sama.

Setelah itu Baginda Nabi SAW memandang ke arah orang yang mempunyai Unta tersebut dan berkata; “Sesungguhnya unta ini telah mengad kepadaku bahwa ia telah diberikan kerja-kerja yang membebankannya dan kamu juga tidak memberi makan yang baik kepada unta itt”. Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, demi karenamu ia akan diberi sebaik-baik makanan untuk unta dan kami tidak akan membebankan selama-lamanya”.

Unta ini berbicara begitu karena Baginda Nabi SAW datang kepadanya dengan membawa makna kehidupan hewannya. “Tidak diutuskanmu melainkan membawa rahmat seluruh alam”. Begitulah akhlak Baginda Nabi SAW bersama unta dan benda-benda yang tidak bernyawa.
Maka bagaimana muamalah Baginda Nabi SAW dengan manusia? Dimana beliau SAW ditugaskan mengangkat martabat manusia serta mengembalikan sifat manusia kepada sifat kemanusiaannya. Pada hari ini kita dapat belajar satu pengajaran; kita hidup sebagai umat Baginda Rasulullah SAW mengetahui bahwa berbicara dengan alam yang mengelilingi kita, dengan konsep kenabian yang mulia akan menimbulkan keadaan yang lain pada alam ini serta menjadikan alam ini merasai rahasia sebuah kehidupan yang dianugerahkan Baginda Rasulullah SAW untuk memahaminya, ini merupakan penganugerahan cinta, diadakan untuk menggerakkan hati kita sebelum orang lain. Untuk menyadarkan kita sebagai kelompok muslim tentang wujudnya hubungan dengan Baginda Rasulullah SAW. Ia membuat kita berlomba-lomba dalam perlombaan, disana kita mampu untuk berbicara dengan alam ini dari mula bahwa Baginda Rasulullah SAW diutus untuk mengembalikan rasa hormat manusia kepada dirinya sendiri sebagai manusia dan hormat kepada alam disekelililngnya sehingga alam ini juga kembali hormat kepada manusia itu. Jika kita kembali pada konsep komunikasi dengan yang berada disekeliling kita dan sebaliknya dengan berpandukan ajaran Baginda Rasulullah SAW, banyak perkara akan berubah kepada suatu keadaan yang lebih baik karena kita adalah umat Baginda Rasulullah SAW.

Aku mohon kepada Allah SWT, agar hidupkan kita dengan makna ini, ya Allah..hidupkanlah makna hubungan dengan Baginda Rasulullah SAW didalam jiwa kami, gerakkanlah dalam diri kami dengan semangat ini, satukanlah kami dengan orang yang Engkau cintai dan ridha dengan rahmat-Mu wahai Tuhan yang Maha pengasih dan penyayang dan segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam.

Wallahu A`lam…
http://ahlulkisa.com

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda